Saat ini sebuah PDA (Personal Digital Assistant) bisa digunakan sebagai pengganti buku agenda atau pencatat jadwal kegiatan kita sehari-hari. Lebih dari itu, beberapa seri PDA merupakan sebuah produk combo dengan layar warna yang memiliki segudang kemampuan, seperti: kamera digital, MP3 Player, video Player, telepon seluler dan akses Internet melalui saluran wireless-nya.
Tetapi, tunggu dulu! Jangan keburu tergoda dengan semua fasilitas tersebut, apalagi jika kita tidak benar-benar membutuhkannya. Sungguh sayang rasanya jika kita harus mengeluarkan dana jutaan rupiah hanya untuk membeli sebuah PDA terbaru dengan berbagai fitur yang tidak dapat kita gunakan semuanya secara optimal.
Jika yang kita butuhkan hanya aplikasi PIM (Personal Information Management) standard, seperti buku alamat penyimpan nomor telepon, pencatat janji atau memo saja, PDA dengan layar grayscale tentu sudah dapat memenuhi kebutuhan kita diatas. Bahkan, beberapa ponsel yang seharga kurang dari satu juta rupiah-pun saat ini sudah memeliki fungsi PIM seperti ini.
Saat ini, produk "kawinan" antara ponsel dan PDA sudah mulai semarak, namun bukan berarti kita harus segera mengganti ponsel yang masih digunakan. PDA-Ponsel saat ini masih berharga tiga sampai enam kali lipat harga ponsel biasa bahkan lebih. Jika kita telah memiliki ponsel, membeli PDA biasa (tanpa fungsi ponsel) tentu bisa lebih menghemat uang kita.
Hal yang harus selalu kita ingat adalah, PDA bukanlah pengganti laptop atau PC. Sebuah PDA justru merupakan companion bagi PC atau laptop. Sebuah PDA juga tidak akan bekerja optimal tanpa adanya PC. Posisi PC atau laptop sangat penting bagi sebuah PDA karena dapat digunakan untuk mem-backup atau proses sinkronisasi semua data yang telah dimasukkan kedalam PDA atau memasang aplikasi tambahan dari third-party software, jadi jangan memaksaka membeli PDA jika kita tidak memiliki PC di rumah atau di kantor.
Fungsi kamera yang di-integrasikan kedalam sebuah PDA sudah mulai banyak di pasaran, namun kebanyakan PDA hanya memiliki ruang terbatas untuk menyimpan foto hasil jepretan kita. Solusinya, kita harus membeli kartu memory tambahan yang saat ini harganya masih relatif tinggi, belum lagi kualitas gambar yang pas-pasan membuat kamera ini tidak tepat bagi pekerja profesional yang menginginkan hasil gambar yang tajam.
Mengakses situs favorit dimana saja dengan menggunakan sebuah PDA di genggaman tentu lebih mengasyikan dan lebih fleksibel daripada mengakses dengan desktop yang harus berkutat di atas meja dalam sebuah ruangan. Namun, penetrasi wireless access saat ini belum begitu memasyarakat seperti halnya konelsi dial-up. Di Indonesia, saat ini masih jarang kita menemukan hotspot atau access point yang bisa digunakan untuk menghubungkan PDA dengan dunia maya. Akibatnya, fasilitas Wi-Fi yang sudah dicangkokkan kedalam beberapa PDA belum tentu dapat merealisasikan mimpi kita untuk dapat mengakses situs favorit di mana saja dalam genggaman kita.
Akhirnya, kita sendiri yang menentukan model PDA apa yang sebenarnya sesuai dengan kebutuhan dan keuangan kita. jangan sampai produk teknologi yang kita beli menjadi mubadzir alias tidak dapat digunakan secara optimal dan tidak sebanding dengan uang yang kita keluarkan.
Buat apa memiliki PDA mahal dan canggih jika kita tidak dapat menggunakannya secara optimal? Pilih mana, fungsi atau gaya? [Q]