(Jika anda mengikuti artikel-artikel saya di blog ini sebelumnya, mungkin anda tahu betapa saya sangat membutuhkan dan terbantu dengan kedua gadget saya ini, sebagai seorang yang memaksakan diri dan mengaku-ngaku untuk menjadi "road warrior", keberadaan PDA dan ponsel sangatlah vital, apalah jadinya jika kedua alat vital ini, ooooppppss kedua gadget ini harus saya lepas?)
Karena sebuah tuntutan hidup dari "Perintah Pangab" (=pangabutuh) akhirnya saya lepas juga kedua alat yang hampir selama tiga tahun terakhir ini telah menjadi pintu gerbang saya memasuki dan melanglangbuana di dunia maya, setelah konfirmasi pembayaran sudah saya terima, kedua gadget yang sudah saya packing dalam dus bekas sepatu itu siap diterbangkan, paket itu saya kemas seadanya sehingga packingnya lebih pantas disebut "Home Edition" daripada "Professional Edition".. Sorry ya bro... soalnya saya bukan tukang packing juga nih... yang penting isinya aman khan?, karena semua unitnya saya lilit dengan kertas tissue dan dibalut dengan lakban pula, sehingga kedua gadget ini lebih mirip mummy daripada sebuah gadget.
Sayang sekali, ternyata pihak TIKI Subang tidak mau menerima paket berisi barang elektronik termasuk ponsel dan PDA, karena saat itu saya berkata terlalu jujur bahwa saya mau ngirimin PDA dan Ponsel, kalaupun saat itu saya ngotot mau mengirimkan paket itu, pihak TIKI tidak mau bertanggung jawab atas resiko yang mungkin muncul di kemudian hari, seperti kehilangan atau kerusakan isinya, kecuali.... You know lah, ada beberapa biaya tambahan untuk membuat packing kayu yang lebih kuat serta tambahan biaya untuk asuransi dan administrasi yang jika dihitung-hitung menghabiskan dana Rp. 100 ribu lebih... gubraksss, padahal saya cuma bawa uang Rp. 40ribu saat itu. Akhirnya saya menggunakan jasa PT. POS untuk mengirimkan barang tersebut, dengan terlebih dahulu meminta persetujuan ke teman saya yang membeli barang itu, karena waktu pengiriman akan lebih lama dari yang telah saya janjikan.
Dua hari kemudian, saya mendapatkan konfirmasi dari teman saya yang membeli barang itu, bahwa paketnya telah sampai dan diterima dengan selamat, Syukur deh... sekarang saya yang mulai bingung... "rampang-reumpeung" tanpa PDA dan ponsel... so sambil nunggu dana tambahan saya mulai hunting PDA... sampai akhirnya ketemu sama PDA Sony Clie PEG-NR70V ini, walau sebelumnya sempat ragu diantara dua pilihan dan minta bantuan istri saya untuk memantapkan pilihan tersebut.
Kesan Pertama
Perpindahan dari Palm m500 ke CLie PEG-NR70V ternyata memberikan suasana dan nuansa baru, jika sebelumnya saya harus sedikit berkernyit ketika membaca eBook atau bermain game, kini dengan Clie saya bisa lebih leluasa membaca diberbagai kondisi cahaya, memainkan game Bejeweled pun bisa lebih mantap, selain karena tmpilan layar yang kinclong juga didukung dengan sound yang mantap, jadi betah main game sampe lupa mandi segala... ujung-ujungnya istri saya yang manyun karena saya cuekin, eh salah ding, dia manyun bukan karena saya cuekin, tapi karena pengen main game di PDA juga...ternyata.
Salah satu hal yang membuat kami memilih PDA ini adalah disainnya yang unik, layarnya yang dapat diputar (swivel) dan dilipat (flip) membuat PDA ini dapat digunakan dalam beberapa posisi, jika kita buka layarnya ke atas, maka tampilan PDA ini mirip seperti sebuah laptop mini, karena dilengkapi juga dengan built-in QWERTY kibor, jika PDA ini layarnya di putar dan dilipat, maka PDA ini dapat digunakan layaknya seperti PDA pada umumnya. Uniknya tampilan layarpun akan berbalik 180 derajat ketika posisi layarnya di balik, sungguh disain yang intuitif. Terlebih lagi dengan tampilan layar yang Hi-Res+ membuat tampilan layarnya serasa sejuk dan leluasa baik untuk membaca eBook, main game ataupun menonton klip video, yup layar Hi-Res+, tanda '+' dibelakang itu menerangkan bahwa tampilan Grafitti Area pada layarnya dapat disembunyikan atau ditampilkan sesuai kehendak kita, tampilan grafitti ini juga bisa di-switch ke on-screen keyboard. Jika cahaya dari layar ini dimatikan kinerja batre benar-benar sangat irit, tapi ini memang konsekuensi jika PDA menggunakan layar lebar, batre jadi sedikit lebih boros.
Hardware
PDA ini diotaki dengan prosesor Motorolla DragonBall 66MHz, dua kali lebih cepat dari prosesor Palm saya sebelumnya, dengan RAM 16MB (lagi-lagi dua kali lebih besar dari RAM PDA saya sebelumnya) saya merasa ini sudah lebih dari cukup untuk handheld yang bersistem operasi Palm OS 4.1, sayangnya memory card yang digunakan berjenis Memory Stick yang kita tahu hanya produk-produk buatan Sony yang mendukung memory card jenis ini, sehingga tidak bisa kita jadikan sebuah investasi jika kita ingin berganti PDA dimasa datang, kecuali masih PDA buatan Sony lagi.
Aplikasi pertama yang saya masukkan kedalam PDA ini adalah driver Palm Wireless Keyboard, namun sungguh sangat kecewa saya ketika PDA ini tidak dikenali oleh PWK saya yang memang sudah beberapa hari menduda, namun setelah melakukan soft reset akhirnya PWK saya bisa beradaptasi dengan pasangan barunya itu. Saya mencoba membuka aplikasi Memo dan memasang aplikasi DocToGo untuk mencoba kompatibilitas PWK di PDA ini, ternyata semua fungsi berjalan lancar dan mulus sesuai dengan yang saya harapkan.
Kamera
Adanya kamera di PDA ini juga merupakan salah satu hal yang membuat saya dan istri memilih PDA ini, sejak keluar dari dus packagingnya, anak saya yang masih berumur kurang dari 4 tahun langsung memainkan kameranya dan mengambil setiap objek yang dilihatnya, mulai dari wajahnya sendiri, botol susu, langit-langit sampai televisi dan plastik bekas dia ambil fotonya, sayangnya kameranya masih menggunakan lensa CMOS sehingga gambar yang dihasilkan tidak begitu bagus jika kurang pencahayaan pada objek yang diambil.
Sound dan MP3
Fasilitas MP3 Player yang dibundel didalamnya menjadikan PDA ini digolongkan kedalam PDA Multimedia, kualitas suara yang dihasilkan dari speaker internalnya sangat kecil untuk memainkan file-file MP3 tapi cukup bagus untuk memainkan beberapa suara MIDI yang dimasukkan melalui aplikasi Audio Converter yang ada dalam bundle CD softwarenya. File-file MP3 ini sangat bagus jika didengarkan melalui headphone, karena itu dalam paket penjualannya PDA ini menyertakan satu set headphone stereo dan remote controlernya, suara yang dihasilkan begitu menggema dan mantap layaknya mendengarkan musk dari sebuah audio player yang mahal.
Built-in Qwerty Kibor
Kebiasaan saya menggunakan PWK dan PUTK membuat saya sedikit kaku ketika menggunakan kibor built-in yang ada pada PDA ini, jarak antara tombol terlalu sempit, terlebih karena saya memiliki jari yang agak besar, namun adanya kibor ini bisa menjadi alternatif ketika kita akan memasukkan tulisan pada aplikasi Memo, mengisi schedule dan daftar tugas atau menulis e-mail, tapi tidak cukup komfortabel jika digunakan untuk menulis sebuah artikel atau tulisan yang agak panjang.
Tombol dan Interface
Disisi sebelah kiri atas PDA ini terdapat tombol capture, yakni sebuah tombol shutter kamera, dengan tombol ini kita bisa mengaktifkan fungsi kamera secara otomatis dan juga mengambil gambar tanpa harus menggunakan stylush. Sementara pada bagian bawahnya memiliki jack untuk colokan headphone, serta Jog-Dial, yaitu sebuah interface khas Clie yang bisa berfungsi sebagai penggulung layar, memilih aplikasi atau menjalankan aplikasi yang dipilih jika ditekan, fungsi jog-dial ini dapat menyesuaikan dengan aplikasi yang kita jalankan, bahkan dengan aplikasi tambahan tombol Jog-dial ini dapat disesuaikan dengan keinginan kita.
Bagian bawah dari tombol jog-dial terdapat tombol yang bertuliskan 'Back' yang dapat digunakan untuk mengembalikan posisi layar pada tampilan sebelumnya, pada bagian bawahnya lagi ada sebuah switch yang bertuliskan "Hold" yang berfungsi untuk mengunci semua tombol dan mencegah tombolnya tertekan secara tidak sengaja (terutama jog-dial dan tombol power) jika sedang berada didalam tas atau saku.
Tombol standar aplikasi Palm seperti Calendar, Address, Task dan Memo serta tombol
atas dan bawah berada di atas built-in kibor, dan akan tertutup oleh layar jika kita menggunakan PDA ini dengan melipat layarnya, namun aplikasi ini masih bisa diakses melalui icon yang ada dilayar. Bagian atas dari PDA ini terdapat slot Memory Stick dan port infra merah, entah kenapa saya merasa kurang sreg dengan posisi memory stick yang terkesan menonjol ketika berada dalam slot tersebut, ...(Bukannya kamu suka bagian-bagian yang menonjol Ki?... wah kalo itu lain deh ceritanya -- Devil Mode = On >:).
Networking
Saya juga tidak terlalu kesulitan untuk menghubungkan modem T68i melalui infra merah ke PDA ini, melalui menu Preference - Connection saya membuat nama profil baru untuk jenis modem yang akan saya gunakan, yakni T68i, dan memilih 'Modem' pada pilihan Connec To:, serta memilih 'Infrared' pada pilihan Via:, masih dalam Preference saya masuk ke bagian Network dan membuat nama profile baru dari setiap jaringan yang saya gunakan, termasuk menyesuaikan user name dan password untuk tiap-tiap operator serta memasukkan dial number pada bagian Phone: yang disesuaikan dengan CID yang dimiliki tiap operator pada ponsel T68i saya, so dengan jaringan GPRS yang dimiliki simPATI, IM3 dan XL saya bisa berselancar Internet ataupun chatting dengan PDA ini.
Charger dan Cradle
Bentuk dari cradle PDA ini sangat modis dan elegan, dengan warna putih dan plastik transparan membuat cradle ini bisa sesuai dengan lingkungannya bahkan terlihat serasi jika disandingkan dengan iPod, (ini cuma saya bayangkan lho tidak benar-benar saya sandingkan karena saya tidak punya iPod), namun bentuk adaptor chargernya terlalu besar dan berat, mirip sekali dengan adaptor laptop, sehingga cukup memakan tempat jika kita membawa charger dan cardle ini dalam sebuah tas apalagi saku, ini merupakan salah satu kekurangan yang saya rasakan.
Namun sejauh ini saya merasa PDA ini sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan saya, terlebih jika dibandingkan dengan PDA saya sebelumnya, jelas PDA ini memiliki keunggulan karena kemampuannya menangani file MP3, kejernihan layar dan disain yang menawan, membuat PDA ini lebih "eye-catching" dan menambah Pe-De penggunanya. Namun sampai tulisan ini dibuat saya belum mencoba untuk melakukan benchmark, toh selama ini saya merasa kinerjanya sudah lebih dari cukup dan yang terutama proses sinkronisasi dokumen DocToGo ke PC terasa lebih stabil dibanding PDA sebelumnya, karena memang saya banyak menggunakan PDA ini untuk keperluan office sambil denger musik diselingi main game, eh kebalik ding... main game dan denger musik sambil diselingi aplikasi Office....Nah! [Q]