Free Bitcoin

Get Free Bitcoin Here

Tuesday, December 30, 2003

Akankah W@P Gagal (lagi)?

Masih segar dalam ingatan kita, ketika empat perusahaan raksasa produsen ponsel yakni Ericsson, Motorola, Nokia dan Siemens beberapa tahun lalu bersepakat untuk membangun sebuah standarisasi teknologi baru yang bernama W@P (Wireless Application Protocol), dimana pengguna ponsel dapat mengakses informasi bahkan melakukan transaksi hanya dari sebuah ponsel atau perangkat genggam seperti PDA (personal digital assisstant) dimana saja secara mobile. Sayangnya teknologi W@P yang pada saat itu sebelumnya sudah diramalkan bakal mendominasi pengguna fixed Internet namun pada kenyataannya yang terjadi malah sebaliknya, hal itu terjadi karena adanya beberapa faktor, yang menurut saya diantaranya adalah:

* Teknologi W@P saat itu diusung oleh jaringan GSM sebagai infrastruktur pembawa datanya yang notabene masih kurang sempurna untuk dapat melayani kebutuhan akses data yang semakin hari semakin meningkat. Lambatnya proses loading membuat kebanyakan pengguna merasa kesal sebelum data ditampilkan dilayar ponselnya, karena secara teori kemampuan modem ponsel pada saat itu hanya memiliki kecepatan 9,6 Kbps.

* Mahalnya akses membuat kebanyakan orang enggan untuk menggunakan teknologi W@P tersebut, belum lagi kemampuan akses data yang lambat tadi, karena lamanya waktu akses berbanding lurus dengan biaya yang harus mereka keluarkan. Sementara jika menggunakan akses Internet lewat sebuah PC biayanya jauh lebih murah dengan akses yang lebih cepat.

* Tidak adanya operator seluler pada saat itu yang menambahkan kemampuan fasilitas W@P pada simcard pelanggannya, kalaupun ada pelanggan harus bermigrasi terlebih dahulu ke jenis prabayar padahal pasar potensial saat itu ada pada pengguna kartu pascabayar.

* Tidak adanya killer aplication yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat pada umumnya, informasi masih dibuat hanya bagi pengguna tertentu (spesifik), saat itu informasi yang ditawarkan masih sangat sederhana, seperti informasi cuaca, kurs mata uang, jadwal penerbangan atau kereta api misalnya.

* Tidak adanya content provider di Indonesia pada saat itu yang benar-benar berkomitmen untuk menyediakan content atau service yang benar-benar berbobot, seperti yang ditawarkan oleh Vindigo Wireless Service misalnya.

* Kebanyakan pengguna pada saat itu, selalu membandingkan akses W@P dengan akses Internet pada PC, jelaslah hal ini tidak relevan, saat itu keberadaan ponsel dengan layar warna masih berupa prototype, ponsel dengan layar lebarpun masih sangat terbatas jumlahnya, apalagi penggunaan memory yang besar, bahkan ponsel yang memiliki slot memory tambahan-pun belum diciptakan.

Namun setidaknya ide awal penciptaan teknologi W@P merupakan sebuah gagasan yang brilian, sama seperti halnya gagasan pembuatan PDA pertama yang dibuat oleh Apple dengan nama Apple Newton yang kini sudah mulai dilupakan keberadaanya atau kalau kita melihat jauh kebelakang, ada seorang yang bernama Graham Bell yang membuat bagaimana orang dapat berkomunikasi satu sama lain secara real time walau mereka dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh. Paling tidak semua itu mungkin merupakan tahap awal dari perkembangan suatu proses yang akan masih terus berlanjut.

SAAT INI kita sudah berada pada kondisi dimana ponsel tidak lagi sebagai alat komunikasi voice dan SMS semata, namun lebih dari itu, beberapa fitur dan fungsi lain sudah banyak dicangkokan kedalamnya, seperti layar warna, kemampuan komputasi, kamera digital, MP3Player, voice recorder, Internet, video player hingga senjata pistol-pun sudah berkonvergensi kedalam sebuah ponsel yang dapat kita masukkan kedalam saku kita.

Kemunculan teknologi GPRS (General Packet Radio Service) dan CDMA (code division multiple access) membawa angin segar bagi mereka pengguna W@P dan pengguna komunikasi data, jika sebelumnya mereka harus mengeluarkan biaya akses W@P dengan HSCSD (high speed circuit switch data) per satuan waktu, namun kini dengan GPRS biaya akses W@P yang dikeluarkan berbanding lurus dengan data yang didapat, sehingga layanan dengan metode "pay-per-view" ini terkesan lebih "fair-play".

Koneksi wireless pun saat ini tidak terbatas pada perangkat ponsel saja namun juga pada perangkat PDA. PDA yang dulu hanya difungsikan tidak lebih dari sekedar organizer elektronik saja, kini PDA sudah berubah menjelma menjadi sebuah komputer saku (PocketPC) yang nyaris serba bisa. Sebuah PocketPC yang ber-konvergensi dengan sebuah ponsel melahirkan sebuah produk inovatif yang banyak diminati oleh para "road warrior", hal ini juga melahirkan lahan bisnis baru atau bisnis ikutan yang muncul di sektor "content provider". Detik.com dan Astaga.com adalah sedikit contoh perusahaan yang mulai mengembangkan sayapnya dan melirik sektor ini. Kehadiran content provider ini didukung pula oleh infrastruktur jaringan yang lebih relevan dan lebih stabil untuk melakukan proses pertukaran data via jalur nirkabel ini yakni CDMA tadi.

Kemampuan fitur dari sebuah perangkat genggam elektronik saat ini kian canggih dan nyaris sempurna, kemampuan untuk dapat mengakses dunia maya lewat ponsel maupun PDA tidak terbatas hanya pada data .WML saja namun dengan program minibrowser yang dijejalkan kedalamnya membuat perangkat genggam ini dapat mengakses data ber-type .HTML, .XML bahkan video sama seperti halnya pada PC, sehingga lebih memudahkan bagi para content provider atau web developer untuk membuat materi hanya satu kali saja baik untuk versi web maupun versi W@P.

Namun akankah keberadaan teknologi W@P saat ini sukses?, atau mungkin malah sebaliknya, sama seperti ketika apa yang terjadi dengan W@P di masa lalu?, mungkinkah era Internet digantikan dengan era mobile, seperti yang pernah diungkapkan oleh para pakar sebelumnya?. Di dunia yang serba canggih dan moderen ini semuanya bisa saja terjadi namun tegantung bagaimana kita menyikapinya.[Q]

Wednesday, December 17, 2003

Inovasi Konvergensi Digital

Akhir tahun 2003 mungkin merupakan waktu untuk berkompetisi bagi beberapa produsen perangkat genggam, paling tidak itu menurut saya, bagaimana tidak, dalam waktu yang hampir bersamaan beberapa produsen perangkat genggam seakan berlomba untuk mengeluarkan produk baru, sebut saja Palm yang kini merger dengan Handspring mengeluarkan tiga seri produk barunya, Tungsten T3,W dan Zire71, begitu juga PDA Sony dengan seri Clie-nya, dijajaran PocketPC ada Dell yang meluncurkan dua seri terbarunya Axim X5, produsen lain seperti Mitac yang mengeluarkan dua seri Mio-nya, sementara produsen HP dan Compaq juga melahirkan beberapa seri iPaq terbarunya, untuk jajaran smartphone ada Treo600 buatan Handspring, O2 XDA seri II, tidak ketinggalan produsen ponsel dunia seperti SonyEricsson, Nokia, Siemens, Motorola, Samsung, Sendo yang juga meluncurkan produk smartphones-nya ke pasaran.

Para operator selulerpun tak mau ketinggalan, saat ini para operator seluler di Indonesia mulai menambahkan layanan tambahan untuk para pelanggannya atau sering kita dengar dengan istilah "Value Added Service", contohnya informasi yang bisa diakses melalui SMS seperti halnya informasi jalur mudik saat lebaran kemarin misalnya. Selain itu muncul pula operator seluler baru yang bernama Mobile 8 yang meluncurkan produk Fren, acara launching-nya disiarkan langsung oleh tiga stasiun televisi swasta dan dimeriahkan oleh para artis serta dihadiri pula oleh beberapa pentolan produsen handset yang ada di Indonesia.

Mobile 8 adalah salah satu operator selular baru yang akan membuat perangkat smartphones menjadi semakin pintar, tidak hanya untuk smartphones saja, simcard dari layanan operator baru ini juga bisa dijejalkan kedalam perangkat konvergensi digital atau dengan kata lain "perangkat kawinan" (baca: hybrid) antara ponsel dan PDA, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan perangkat tersebut.

Perangkat genggam yang telah memiliki simcard Fren tadi dapat digunakan untuk keperluan komunikasi, baik suara maupun data, tidak hanya itu, Fren dari Mobile 8 juga memiliki beberapa fasilitas unggulan yang saat ini tidak dimiliki oleh kebanyakan operator lain, seperti video on demand misalnya. Saat ini saya tidak ingin berbicara lebih banyak mengenai layanan operator tersebut, alih-alih Anda akan mengira bahwa saya berpromosi.

Dengan sebuah smartphones atau perangkat hybrid tadi, kita memang bisa melakukan banyak hal dibanding dengan ponsel konvensional biasa, smartphones seakan memiliki "otak" yang bisa menyimpan semua ingatan kita, melalui lensa kamera digitalnya seakan dia dapat "melihat" kita, dengan mikropon-nya seakan dia bisa "mendengar" ucapan kita, dengan layar touchscreen-nya seakan dia bisa "merasakan" sentuhan kita.
Smartphone memang dibuat untuk memudahkan hidup manusia, mengorganisasikan organisasi, memanajemen hampir semua kegiatan kita, memeriksa e-mail dan surfing ke dunia maya-pun dapat dilakukan hanya dengan sebuah alat yang berukuran tidak lebih dari telapak tangan orang dewasa.

Namun, benarkah kita memerlukan sebuah alat konvergensi yang didalamnya terdiri dari ponsel, kamera digital, MP3 Player, GPS, WLAN, VideoPlayer yang terintegrasi?, haruskan kita membayar jutaan rupiah untuk beberapa fasilitas yang tidak pernah kita gunakan?. Ponsel lama yang kita miliki saat ini mungkin lebih optimal dan lebih bernilai guna, jika yang sering kita lakukan dengan ponsel hanyalah berkirim SMS dan komunikasi suara saja. Paling tidak saat ini kita masih tetap "always conected", masih dapat menghubungi dan dihubungi oleh kerabat, saudara, rekan bisnis atau anak-istri kita walau hanya dengan sebuah ponsel konvensional biasa.

Ponsel lama dan PDA low-end yang saya miliki saat ini memiliki kemampuan yang setara dengan Treo270, bahkan dengan tambahan software add-in gratis yang bisa di download dari Internet bisa menjadikan PDA dan ponsel saya lebih berdaya guna dan lebih "sakti" dari sebelumnya.

Namun saya yakin, smartphone dan perangkat genggam lain masih akan terus mengalami inovasi sehingga dalam waktu yang tidak lama lagi penggunaannya akan menjadi sebuah trend global, sama seperti halnya kita menggunakan sebuah PC atau ponsel saat ini dan bahkan hal itu sudah mulai kita lihat saat ini, terbukti dengan munculnya Fren Mobile8 tadi. Sekarang tinggal Anda sendiri yang menentukan, apakah kita benar-benar membutuhkan sebuah alat konvergensi digital tersebut lalu membuang ponsel dan PDA lama kita? [Q]