
Beberapa hari lalu, saya mengikuti acara buka bersama bareng Indosat M2 sehubungan dengan baru didirikannya sebuah Warung Internet di kota saya yang memang menggunakan Indosat sebagai providernya, acara itu diselenggarakan di salah satu restoran terbesar di kota saya, diantara para undangan dan tamu yang datang ada salah satu teman saya yang bekerja pada salah satu stasiun radio FM, diam-diam ternyata dia memperhatikan saya saat saya mengambil ponsel dan PDA dalam tas kumel saya. Lalu dia nyeletuk "Wah jangan-jangan kantong doraemon nih", karena dia melihat bahwa saya mengambil banyak perlengkapan walau dengan tas gendong kecil ini.
Bagi pengguna perangkat 'mobile' seperti halnya ponsel, PDA dan laptop, keberadaan tas sebagai media penyimpanan sekaligus pengaman merupakan salah satu benda yang wajib dimiliki, apalagi jika kita sering pergi keluar kota atau banyak mengerjakan pekerjaan di lapangan. Saya sendiri sudah hampir 4 tahun selalu menggunakan tas ini untuk keperluan sehari-hari.
Saya memang salah satu jenis orang yang tidak mau direpotkan dengan barang bawaan jika sedang melakukan perjalan, itu alasannya, mengapa saya tidak suka membawa tas besar dengan buku-buku di dalamnya, semua buku dan catatan sudah saya pindahkan kedalam PDA saya, bahkan sejak saya masih kuliah dulu, saya tidak pernah membawa buku catatan tapi cukup dengan sebuah PDA yang masuk kedalam saku dan kebiasaan ini terus terbawa sampai saat ini, karena memang saya merasa sangat terbantu sekali.
Kini dengan tas yang sudah hampir 4 tahun saya gunakan sehingga sudah terlihat kotor, kucel alias kumel, saya bisa membawa semua peralatan kerja saya, seperti 2 buah PDA, 2 buah ponsel, disket-disket, CD Linux, Kibor lipat untuk PDA, juga puluhan kartu nama. Sebenarnya saya bukan tidak mau untuk mengganti tas ini dengan yang baru, namun bagian depan tas ini bisa memberikan fasilitas lebih buat saya, tempat ponsel yang ada dibagian depan sekaligus bisa saya jadikan dudukan ponsel R520m saya untuk mengarahkan port infra merah saat saya ingin online dengan PDA Palm yang terpasang pada Kibor lipatnya, sehingga saya tidak usah mencari dudukan atau alat lain untuk mengarahkan port infra merahnya.
Kini dengan tas kecil yang sudah kumel ini, saya bisa membawa semua peralatan dan dokumen-dokumen penting saya, peralatan-peralatan ini membuat saya serasa membawa perpustakaan dan kantor saya kemanapun.[Q]




Pada tanggal 24 Mei Perusahaan Palm Inc., sebagai produsen perangkat ganggam yang berdomisili di Sunnyvale, California, AS. mengumumkan perubahan logo yang selama ini dipakainya, sebelumnya perusahaan ini memang sudah beberapa kali merubah logo sejak perusahaan ini berdiri pada tahun 1996 dibawah kepemimpinan Jeff Hawkins. Bukan saja logonya yang dirubah namun symbol ticker di Nasdaq yang sebelumnya PLMO (PalmOne) dirubah menjadi PALM.
Pada tanggal 11 April 2005 lalu saya diberi kesempatan untuk mengikuti acara Workshop TI yang diadakan oleh HP Indonesia, bertajuk Digital Life, yang rencananya akan diselenggarakan di 9 Kota besar di Indonesia, Bandung adalah kota pertama dalam acara roadshow tersebut.
Pada sesi berikutnya yakni pembahasan mengenai pemasangan LTSP (Linux Terminal Server Protocol), yang dibawakan oleh Wak Haji Onno W. Purbo, demikian Opa Michael menyebutnya. Serta bagaimana melakukan remote terhadap jaringan dengan menggunakan Linux, seperti biasanya Pak Onno yang kini menyandang predikat Haji selalu kocak dalam membawakan presentasinya, terlebih ketika beliau menceritakan sulitnya memasang Linux Mandrake yang biasa beliau pakai pada mesin Proliant milik HP, yang membuatnya stress selama dua minggu.
Acara yang dimulai dari pukul 09.30 sampai 17.00 ini terasa begitu singkat dengan adanya selingan kuis melalui SMS dan pembagian hadiah dari pihak HP sebagai penyelenggara, peserta yang telah berhasil menjawab pertanyaan dengan benar melalui SMS, masing-masing mendapatkan hadiah berupa Jaket, Majalah CHIP dan juga Tas dari HP.
Mengapa sih kita menggunakan eBook?